Dehidrasi pada ibu hamil merupakan kondisi yang tidak boleh dianggap sepele. Selama kehamilan, tubuh membutuhkan lebih banyak cairan untuk memproduksi darah, menjaga cairan ketuban, serta mendukung fungsi organ vital.
Namun, tidak sedikit ibu hamil yang kurang memperhatikan asupan cairan hariannya, bahkan dehidrasi bisa terjadi meski tidak merasa haus.
Kondisi ini sering sulit terdeteksi, padahal dapat menimbulkan berbagai masalah, mulai dari sakit kepala, sembelit, kram otot, hingga risiko persalinan prematur.
Jika tidak segera ditangani, dehidrasi juga bisa mengganggu tumbuh kembang janin dan meningkatkan risiko komplikasi kehamilan.
Untuk itu, penting bagi setiap ibu hamil memahami gejala, penyebab, dan cara mengatasi dehidrasi agar kesehatan ibu dan janin tetap terjaga. Yuk, simak selengkapnya!
Penyebab Dehidrasi pada Ibu Hamil
Dehidrasi pada ibu hamil dapat dipicu oleh berbagai faktor yang membuat cairan tubuh berkurang lebih cepat. Beberapa penyebab utamanya antara lain adalah sebagai berikut.
1. Peningkatan Volume Darah
Pada masa kehamilan, volume darah meningkat dibandingkan kondisi normal. Hal ini membuat tubuh membutuhkan lebih banyak cairan sehingga ibu hamil lebih rentan mengalami dehidrasi, terutama di awal kehamilan.
2. Diare
Diare pada ibu hamil dapat menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit dalam waktu singkat, terutama jika disertai muntah.
Kondisi ini bisa dipicu oleh perubahan hormon maupun kebutuhan nutrisi selama kehamilan yang kadang menimbulkan sakit perut hingga diare sehingga tubuh membutuhkan lebih banyak cairan untuk mencegah dehidrasi.
3. Morning Sickness
Sekitar setengah dari ibu hamil mengalami morning sickness pada trimester pertama. Kondisi ini dapat memicu dehidrasi karena sering disertai muntah, buang air kecil lebih sering, dan banyak berkeringat.
Baca juga: Mengenal Selenium, Manfaat, Sumber, dan Kebutuhan Hariannya
Tanda Dehidrasi pada Ibu Hamil
Cara paling mudah mengenali dehidrasi pada ibu hamil adalah dengan memperhatikan warna urine. Urine keruh berwarna kuning pekat atau gelap menandakan kurangnya asupan cairan, sedangkan warna bening menunjukkan tubuh terhidrasi dengan baik.
Selain itu, dehidrasi juga bisa dilihat dari gejala yang berbeda sesuai tingkat keparahannya. Pada dehidrasi ringan hingga sedang, gejalanya bisa meliputi:
- Jarang buang air kecil.
- Haus.
- Mengantuk.
- Mulut kering dan lengket.
- Sakit kepala.
- Pusing.
- Konstipasi.
Sementara pada dehidrasi berat, gejalanya bisa lebih serius, seperti:
- Sangat jarang atau bahkan tidak buang air kecil sama sekali.
- Urine kuning pekat.
- Rasa lemas berlebihan.
- Sangat haus.
- Mata cekung.
- Mulut dan kulit sangat kering.
- Kulit kurang elastis.
- Mudah marah atau bingung.
- Jantung berdegup cepat disertai napas pendek.
Dehidrasi ringan biasanya masih bisa diatasi dengan memperbanyak minum air putih dan beristirahat cukup. Namun, bila gejala mengarah ke dehidrasi berat, segera cari pertolongan medis agar tidak menimbulkan komplikasi serius.
Dampak Dehidrasi pada Ibu Hamil
Dehidrasi saat hamil tidak hanya membuat tubuh terasa lemas, tetapi juga dapat menimbulkan risiko serius bagi ibu maupun janin. Dampaknya bisa berbeda tergantung usia kehamilan dan kondisi tubuh. Berikut beberapa dampak yang perlu diwaspadai:
- Air ketuban sedikit: Kekurangan cairan dapat menurunkan volume air ketuban yang berisiko mengganggu perkembangan janin di awal kehamilan atau memicu persalinan prematur pada trimester akhir.
- Kontraksi palsu (Braxton–Hicks): Dehidrasi dapat menimbulkan kontraksi palsu yang berlangsung singkat. Biasanya muncul pada trimester ketiga, namun bisa juga terjadi sejak trimester kedua.
- Persalinan prematur: Berkurangnya volume darah akibat dehidrasi dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin yang memicu kontraksi rahim sehingga risiko kelahiran prematur lebih tinggi.
- Komplikasi kehamilan: Dehidrasi bisa menyebabkan gangguan serius, seperti cacat bawaan, masalah sistem saraf janin, hingga menurunnya produksi ASI.
- Kram otot: Kekurangan cairan dapat meningkatkan suhu tubuh dan memicu kram otot sehingga membuat ibu hamil merasa tidak nyaman dan terganggu aktivitasnya.
- Infeksi saluran kemih: Dehidrasi berat dapat memicu infeksi saluran kemih yang berisiko merusak ginjal dan meningkatkan kemungkinan bayi lahir prematur.
- Membahayakan nyawa ibu dan janin: Pada kondisi parah, dehidrasi bisa menyebabkan syok hipovolemik yang berpotensi mengancam keselamatan ibu maupun janin.
Baca juga: Apa Saja Akibat Kurang Minum Air Putih? Ini Penjelasannya!
Cara Mengatasi Dehidrasi pada Ibu Hamil
Mencegah dehidrasi selama kehamilan sebenarnya cukup sederhana, yaitu dengan mencukupi kebutuhan cairan sekitar 8–12 gelas atau kurang lebih 3 liter per hari.
Jika aktivitas lebih padat atau sering berolahraga, asupan cairan perlu ditambah agar tubuh tetap terhidrasi.
Selain minum air putih, beberapa cara berikut juga bisa membantu:
- Hindari minuman berkafein, seperti kopi, teh, dan soda karena bersifat diuretik yang memicu buang air kecil lebih sering.
- Tambahkan potongan lemon, jeruk, atau kiwi ke dalam air putih untuk membuat infused water yang menyegarkan dan mengurangi rasa mual.
- Konsumsi minuman dengan kandungan gula, vitamin, dan elektrolit, misalnya air kelapa.
- Perbanyak buah tinggi air, seperti semangka, stroberi, blewah, jambu air, lemon, atau markisa untuk membantu mengatasi pusing sekaligus menjaga cairan tubuh.
- Usahakan makan dan minum saat tidak merasa mual, terutama bila mengalami morning sickness.
Umumnya, penanganan dehidrasi dilakukan dengan mengganti cairan dan elektrolit melalui air mineral, jus, atau kaldu. Pada kondisi dehidrasi berat, dokter mungkin perlu memberikan cairan langsung melalui infus.
Untuk pencegahan, ibu hamil juga dianjurkan menjaga asupan cairan setiap hari serta menghindari aktivitas berat atau paparan panas berlebihan. Olahraga tetap bisa dilakukan, tetapi pilih jenis yang lebih ringan dan aman untuk kehamilan.
Jika gejala dehidrasi ringan muncul, segera minum air putih dan istirahat cukup. Namun, bila mual dan muntah semakin parah hingga sulit makan atau minum, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter.
Itulah penjelasan mengenai dehidrasi pada ibu hamil, mulai dari gejala, penyebab, hingga cara mengatasinya.
Salah satu langkah penting untuk menjaga hidrasi tubuh adalah menjaga asupan cairan harian. Minum air putih secara rutin bisa membantu mengurangi risiko dehidrasi pada ibu hamil.
Namun, saat memilih air minum, pastikan yang mengandung mineral murni dari pegunungan, bukan mineral tambahan hasil proses produksi, serta selalu terjamin kebersihan dan kualitasnya.
Selain itu, dengan rutin memenuhi kebutuhan cairan sekitar 2 liter per hari, kesehatan ibu tetap terjaga dan tumbuh kembang janin pun lebih optimal.
Baca juga: Apa Ciri-Ciri Kurang Minum Air Putih? Ketahui di Sini!








